Tokoh

ALGORITMA KEBANGSAAN #1

 

Yogyakarta, DIGIDO - Pada kesempatan kali ini saya ingin sharing mengenai sebuah konsep yang dilahirkan oleh Lemhanas Republik Indonesia, yaitu algoritma kebangsaan. Saya akan menceritakan latar belakang mengapa algoritma kebangsaan sangat kita butuhkan sebagai bagian dari pengetahuan, konsep, perilaku dan cara kita untuk menjaga negara kesatuan Republik Indonesia yang sangat kita cintai ini.

Pada akhir artikel ini, kita akan mendapatkan paling tidak lima hal utama. Pertama, kita bisa menceritakan fenomena perkembangan teknologi digital dan media sosial belakangan ini. Kedua, kita bisa mengidentifikasi dampak positif dan dampak negatif dari media sosial dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Ketiga, memberikan pemahaman mengenai pentingnya mengembangkan sebuah algoritma kebangsaan dalam dunia siber. Keempat, menjelaskan pentingnya masyarakat Indonesia memiliki literasi dan kecerdasan digital sebagai modal dalam menerapkan algoritma kebangsaan ini. Dan yang paling penting, kelima adalah menguraikan komponen-komponen penting dalam kecerdasan digital serta menerapkannya dalam berbagai situasi berbangsa dan bernegara, saya akan menggunakan studi kasus Pemilu 2024 di Indonesia.

Pada bagian pertama, saya akan sharing mengenai fenomena perkembangan teknologi digital dan media sosial di Indonesia. Data ini saya ambil di akhir tahun 2023, pertumbuhan internet di Indonesia meningkat sangat tajam dan disinyalir 78% penduduk Indonesia telah berinteraksi, berkolaborasi, serta bertransaksi secara digital. Jumlah di atas atau sekitar 215 juta pengguna internet di Indonesia dalam aktivitas sehari-harinya telah menyatu dengan dunia cyber di berbagai sektor. Seperti sektor pendidikan, kesehatan, ekonomi, pemerintahan, sosial budaya, politik dan lain sebagainya. Tidak dapat dipungkiri atau merupakan suatu keniscayaan bahwa dunia digital telah menjadi bagian terintegrasi dengan kehidupan masyarakat modern termasuk di Indonesia.

Salah satu data yang sangat menarik adalah rata-rata orang Indonesia disinyalir dalam satu hari meluangkan waktu selama kurang lebih 8 jam 36 menit menggunakan internet. Jika dalam 1 hari kita menjalani hidup 24 jam, kemudian tidur 8 jam, berarti sisanya kita gunakan untuk bangun atau beraktivitas selama 16 jam.  Dari 16 jam tersebut, 50%-nya berinteraksi di dunia maya dan sekitar 35% dari waktu berinteraksi tersebut yaitu kurang lebih 2 jam 50 menit dilakukan dengan cara menonton televisi secara streaming, lalu selama 3 jam 17 menit menggunakan media sosial, dan sisanya membaca media online itu sekitar 1 jam 45 menit.

Mari kita cermati penggunaan yang 3 jam 17 menit untuk media sosial, hal ini menarik karena berarti sepertiga bagian hidup kita ketika menggunakan internet selama 8 jam itu dipakai untuk mengakses media sosial. Apabila kita coba dalami lebih lanjut, apa yang dilakukan orang-orang Indonesia di media sosial? Yaitu paling banyak adalah berhubungan dengan teman dan keluarga (friends dan family). Ya memang, masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang sangat sosial komunal. Bagi mereka mempunyai banyak teman, hubungan relasi dengan saudara dan keluarga maupun kerabat dekat, sangatlah penting.

Kemudian untuk mengisi waktu luang, digunakan untuk mengikuti apa yang sedang viral, mencari sesuatu barang untuk dibeli, atau mencari konten membaca berita terbaru. Intinya adalah lebih dari 50% waktu dipergunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain dan lebih dari 40% darinya dipergunakan untuk mencari konten dan berita baru. Dengan kata lain, hidup manusia Indonesia sangat beririsan dengan berita-berita yang ada di sekitar dan sangat berkaitan dengan komunikasi dari satu orang ke orang yang lain karena mayoritas penggunaan media sosial adalah untuk berkomunikasi dan mencari informasi.

(bersambung)

*Artikel ini disusun dan diedit oleh Editor DIGIDO dengan ijin narasumber, dari hasil transkripsi video Prof. R. Eko Indrajit di YouTube @ekoji. EKODEMY | Algoritma Kebangsaan #1

 

Digido News

Info dan kerja sama Email: admin@digido.co.id - WA: 081128285685