HARI KARTINI | 21 APRIL 2025
Tadi siang kami sungguh terharu tersentuh oleh sekelumit derita hidup. Seorang bocah berumur 6 tahun berjualan rumput. Si bocah itu tidaklah lebih besar dari misanan kami; bocah itu sendiri tidak kelihatan; seakan ada dua buah unggukan rumput menyeberangi jalan. Ayah memanggilnya, dan dari situ terpampanglah sepotong sejarah, seperti ratusan, kalau tidak ribuan lainnya ... Kami tanyakan kepadanya apakah dia sudah makan. "Belum," mereka hanya makan nasi sekali sehari, yaitu di sore hari kalau ibunya pulang dari bekerja; di siang hari mereka makan kue sagu aren seharga 0,5 sen.
... aku alihkan pandang pada misananku, sama-sama besarnya, aku teringat pada makan kami, tiga kali sehari, dan terasa begitu aneh, begitu asing di dalam perasaanku!
(Pramoedya AT, Panggil Aku Kartini Saja, Surat 8 April 1902, kepada Nyonya Abendanon).