Perspektif

NIETZSCHE: Tuhan sudah mati! Tuhan terus mati! Kita telah membunuhnya!

Sumber gambar: https://iai.tv/articles/nietzsche-and-the-perils-of-denying-your-self-auid-2325

 

Gott ist tott!

Gott bleibt tot!

und wir haben ihn getotet!

 

Nietzsche adalah seorang filsuf legendaris, dia lahir di Rocken 15 Oktober 1844. Jika melihat latar belang keluarganya, cukup mengherankan jika dia menjadi seorang filsuf martir. Kakeknya Friedrich August Ludwig adalah seorang pejabat tinggi di gereja Lutheran. Ayahnya adalah pendeta yang saleh dan ibunya juga berasal dari keluarga pendeta yang taat beribadah.

Karya-karya atau pemikirannya yang sangat ‘menggugat’ dan kontroversial namun banyak mempengaruhi pemikiran para filsuf pada jamannya, bahkan sampai sekarang.

Menurut ST Sunardi (Nietzsche, LKiS, 2001), Nietzsche tak ubahnya seperti rahib. Hidupnya selalu dalam suasana ‘khalwat’ tanpa batas, tetapi rahib tanpa Allah. Kata Nietzsche, “Kesunyian adalah rumahku”.

Dia juga menyebut dirinya, “Saya bukanlah seorang manusia, melainkan sebuah dinamit”.

Kata-kata Nietzsche yang terkenal di atas, Tuhan sudah mati! Tuhan terus mati! Kita telah membunuhnya, terkait dengan teori Filsafat Nihilisme yang sangat diyakininya. Nihilism adalah kondisi runtuhnya nilai-nilai tertinggi dan kegagalan manusia menjawab persoalan ‘untuk apa?”. Dia memerangi semua bentuk kepastian yang sudah mulai pudar. Model-model Tuhan (kepastian) yang lain juga mati, seperti ilmu pengetahuan, prinsip-prinsip logika, rasio, sejarah dan kemajuan (ST Sunardi, Nietzsche, LKiS, 2001).

Dan, kita pembunuhnya!

 

 

Digido News

Info dan kerja sama Email: admin@digido.co.id - WA: 081128285685